Sejarah Riau adalah narasi panjang tentang kebesaran maritim Melayu dan perjuangan mempertahankan identitas. Wilayah yang kini dikenal sebagai Provinsi Riau ini memiliki akar sejarah yang kuat dalam kerajaan-kerajaan Melayu kuno. Budaya Melayu yang kental menjadi benang merah yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, menjadikannya provinsi dengan identitas budaya yang kuat.
Sebelum Kesultanan Siak, wilayah Riau telah menjadi bagian dari berbagai kerajaan besar seperti Sriwijaya dan Melaka. Lokasinya yang strategis di jalur perdagangan Selat Malaka menjadikannya area yang vital. Berbagai kerajaan kecil dan permukiman pesisir telah ada, hidup dari aktivitas perdagangan dan sumber daya alam.
Titik fokus dalam Sejarah Riau adalah berdirinya Kesultanan Siak Sri Indrapura. Kesultanan ini didirikan pada awal abad ke-18 oleh Raja Kecik, putra dari Sultan Mahmud Shah II dari Johor. Pendirian Siak menandai kembalinya kekuatan Melayu di wilayah Riau setelah kemunduran Kesultanan Johor.
Kesultanan Siak dengan cepat tumbuh menjadi kekuatan politik dan ekonomi yang dominan di pesisir timur Sumatera. Dengan ibu kotanya di Siak Sri Indrapura, kesultanan ini menguasai jalur perdagangan di sepanjang Sungai Siak dan sekitarnya. Ini membawa kemakmuran dan pengaruh yang meluas.
Pada masa kejayaannya, Kesultanan Siak dikenal sebagai pusat perdagangan lada, timah, dan hasil hutan lainnya. Interaksi dengan pedagang dari berbagai bangsa, termasuk Belanda dan Inggris, semakin mengukuhkan posisi Siak sebagai entitas politik yang penting di Nusantara bagian barat.
Budaya Melayu mencapai puncaknya di bawah Kesultanan Siak. Bahasa Melayu Riau menjadi standar bahasa Melayu yang kemudian diangkat sebagai dasar Bahasa Indonesia. Sastra, seni, dan adat istiadat Melayu berkembang pesat, meninggalkan warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Sejarah Riau juga diwarnai oleh perjuangan melawan kolonialisme. Kesultanan Siak dan rakyatnya gigih menentang upaya Belanda untuk menguasai wilayah dan sumber daya mereka. Berbagai pertempuran dan diplomasi dilakukan untuk mempertahankan kedaulatan, menunjukkan semangat nasionalisme yang kuat.
Meskipun akhirnya harus mengakui kedaulatan Belanda, warisan perlawanan dan semangat kemerdekaan tetap hidup dalam ingatan kolektif masyarakat Riau. Banyak pahlawan lokal muncul dari perjuangan ini, menjadi simbol keberanian dan ketahanan rakyat menghadapi penjajah.