Di wilayah Riau dan sekitarnya, tidak ada simbol yang lebih kuat mewakili keperkasaan maritim dan kejayaan masa lalu Kerajaan Melayu selain Perahu Lancang Kuning. Kisah dan gambaran Perahu Lancang Kuning telah mendarah daging dalam kebudayaan masyarakat Melayu, tidak hanya sebagai legenda, tetapi juga sebagai lambang kedaulatan, keberanian, dan filosofi hidup pelaut. Perahu Lancang Kuning bukan sekadar kendaraan air; ia adalah ikon kultural yang merefleksikan identitas Melayu sebagai bangsa bahari yang menguasai lautan dan sungai-sungai besar.
Asal Usul Mitos dan Simbolisme Warna
Mitos mengenai Lancang Kuning berakar kuat dari tradisi lisan, seringkali dikaitkan dengan legenda kapal yang sangat cepat dan sakti milik raja atau panglima besar di masa lampau. Dalam banyak kisah, Lancang Kuning dikaitkan dengan kekuatan supernatural, mampu berlayar tanpa layar atau bahkan menyelam ke dasar laut.
Warna kuning pada lancang memiliki makna simbolis yang sangat dalam dalam kebudayaan Melayu:
- Kuning Keemasan: Warna kuning adalah warna kebesaran dan kedaulatan kerajaan. Hanya bangsawan, raja, atau benda-benda yang terkait dengan istana yang boleh menggunakan warna ini secara dominan. Oleh karena itu, Perahu Lancang Kuning secara otomatis melambangkan kekuasaan penuh dan status tertinggi.
- Kuning Padi: Warna ini juga melambangkan kemakmuran dan hasil bumi, menunjukkan harapan agar pelayaran dan perdagangan selalu menghasilkan keuntungan.
Fungsi dan Desain di Era Klasik
Dalam konteks sejarah nyata, “Lancang” merujuk pada jenis kapal cepat dan ramping yang digunakan oleh Kerajaan Melayu (seperti Kerajaan Siak Sri Indrapura dan Kerajaan Indragiri) untuk berbagai tujuan:
- Kapal Perang Cepat: Digunakan untuk patroli sungai dan menghadapi bajak laut. Desainnya yang panjang dan sempit memungkinkan manuver cepat di perairan yang berliku. Kapal ini biasanya dilengkapi dengan tiga hingga empat meriam kecil untuk pertahanan.
- Kapal Upacara: Digunakan untuk membawa pembesar kerajaan dalam upacara penobatan atau kunjungan resmi ke wilayah taklukan. Pada acara kenegaraan, kapal ini dihiasi dengan ukiran khas Melayu.
Saat ini, replika Perahu Lancang Kuning dapat dilihat dalam Festival Sungai Siak yang diadakan setiap tahun pada bulan November. Replika ini panjangnya dapat mencapai 15 meter, berfungsi sebagai kapal hias utama dalam parade air.
Relevansi Lancang Kuning di Era Modern
Meskipun zaman kerajaan telah berlalu, Perahu Lancang Kuning tetap menjadi simbol identitas Provinsi Riau. Hal ini terlihat dari penggunaannya sebagai lambang daerah pada logo resmi Pemerintah Provinsi Riau. Selain itu, lagu daerah yang berjudul Lancang Kuning telah diajarkan sebagai materi wajib dalam mata pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah di Riau sejak tahun ajaran 2005, memastikan mitos dan filosofinya terus diwariskan kepada generasi muda. Simbol ini terus menginspirasi masyarakat Riau untuk kembali menumbuhkan semangat maritim dan kejayaan di laut.