Menyelami Keunikan Tari Zapin dan Tradisi Merawang di Riau

Riau, sebuah provinsi di Pulau Sumatera, kaya akan warisan budaya Melayu yang mendalam. Dari berbagai tradisinya, Tari Zapin dan tradisi Merawang adalah dua contoh menonjol yang mengajak kita menyelami keunikan budaya lokal. Kedua tradisi ini tidak hanya memancarkan keindahan seni, tetapi juga menyimpan nilai-nilai filosofis dan sejarah yang kental. Mari menyelami keunikan Tari Zapin yang dinamis dan tradisi Merawang yang sakral, untuk memahami betapa kayanya khazanah budaya Riau. Pengalaman menyelami keunikan ini akan membuka wawasan tentang identitas Melayu di Indonesia.

Tari Zapin: Perpaduan Arab dan Melayu yang Dinamis

Tari Zapin adalah salah satu tarian tradisional Melayu yang sangat populer, tidak hanya di Riau tetapi juga di berbagai wilayah di Asia Tenggara. Kata “Zapin” sendiri berasal dari bahasa Arab “zapf” yang berarti gerakan kaki cepat. Tarian ini memang memiliki akar kuat dari kebudayaan Arab dan Persia yang masuk melalui penyebaran agama Islam dan jalur perdagangan di masa lampau. Namun, Zapin telah mengalami akulturasi dengan budaya lokal Melayu, menciptakan gaya yang khas dan unik.

Gerakan Tari Zapin didominasi oleh gerakan kaki yang gesit dan variatif, diiringi oleh musik gambus dan marwas (gendang kecil). Penari Zapin, baik pria maupun wanita, tampil dengan pakaian adat Melayu yang anggun dan sopan. Zapin tidak hanya sekadar tarian hiburan, tetapi juga seringkali menjadi sarana dakwah atau penyampaian pesan moral melalui lirik lagu yang mengiringi. Fleksibilitas dan keanggunan gerakan kaki, ditambah dengan ekspresi wajah yang penuh penghayatan, menjadikan Zapin sebuah tontonan yang memukau. Berdasarkan catatan dari Pusat Studi Seni Melayu pada 10 Juli 2025, Tari Zapin terus diajarkan di sanggar-sanggar seni di Riau untuk memastikan kelestariannya di tengah generasi muda.

Tradisi Merawang: Mempererat Silaturahmi dalam Bingkai Adat

Selain Tari Zapin, Riau juga memiliki tradisi Merawang yang sarat makna sosial dan budaya. Tradisi Merawang adalah salah satu bentuk silaturahmi yang dilakukan oleh masyarakat Melayu di Riau, khususnya saat perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Fitri atau Idul Adha, atau dalam acara-acara adat penting. Secara harfiah, “Merawang” bisa diartikan sebagai kunjungan atau silaturahmi yang lebih mendalam, di mana anggota keluarga atau komunitas saling mengunjungi untuk mempererat tali persaudaraan.

Tradisi ini melibatkan kegiatan mengunjungi rumah-rumah kerabat, tetangga, atau tokoh masyarakat. Dalam tradisi Merawang, ada pertukaran cerita, berbagi hidangan khas Melayu, dan biasanya diakhiri dengan saling memaafkan dan memberikan restu. Prosesi ini tidak hanya memperkuat ikatan kekeluargaan, tetapi juga menjadi ajang untuk menjaga nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong. Merawang juga seringkali menjadi momen bagi para orang tua untuk memberikan nasihat kepada generasi muda tentang pentingnya menjaga adat istiadat dan norma-norma sosial. Pada perayaan Idul Fitri tahun 2025, Kepala Desa Rantau Panjang di Kabupaten Kampar mengamati bahwa tradisi Merawang masih sangat kental dilakukan oleh warganya, menunjukkan kuatnya nilai kekeluargaan di sana.

Kedua tradisi ini, baik Tari Zapin maupun Merawang, adalah cerminan dari kekayaan budaya Melayu di Riau yang terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakatnya. Menyelami keunikan seni Tari Zapin yang indah dan tradisi Merawang yang mempererat persaudaraan, akan memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana budaya membentuk identitas dan kehidupan sosial di Tanah Lancang Kuning ini.