Menjelajahi Bono: Fenomena Gelombang Tujuh Hantu yang Mendunia di Muara Sungai Kampar

Riau, provinsi yang kaya akan budaya Melayu dan sumber daya alam, menyimpan sebuah keajaiban alam yang unik dan telah mendunia, yaitu Bono. Dikenal juga dengan julukan “Gelombang Tujuh Hantu” oleh masyarakat setempat karena suara gemuruhnya yang menakutkan, Bono adalah fenomena gelombang pasang surut yang terjadi di muara Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan. Fenomena gelombang yang tercipta di sini sangat istimewa karena memiliki bentuk gelombang tunggal yang memanjang dan bergerak melawan arus sungai, menciptakan ombak yang tinggi dan stabil. Gelombang Bono ini diakui sebagai salah satu tidal bore terbaik dan terpanjang di dunia, menarik perhatian peselancar profesional dari berbagai belahan dunia sejak awal tahun 2010-an.

Penyebab utama dari fenomena gelombang Bono adalah pertemuan antara arus pasang air laut dari Selat Malaka yang masuk ke Sungai Kampar, berhadapan dengan debit air sungai yang tinggi. Karena muara sungai yang menyempit dan dangkal, energi gelombang terkompresi, menghasilkan ombak tinggi yang dapat mencapai ketinggian 2 hingga 4 meter dengan kecepatan hingga 40 kilometer per jam. Gelombang ini bergerak jauh ke hulu sungai, bahkan bisa mencapai jarak 50 kilometer dari muara, menjadikannya surganya peselancar sungai. Periode terbaik untuk menyaksikan atau mencoba berselancar di ombak Bono biasanya terjadi saat bulan purnama atau bulan baru, khususnya pada periode November hingga Januari.

Aktivitas pariwisata Bono ini secara aktif diawasi dan dikembangkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pelalawan. Demi keselamatan wisatawan yang mencoba berselancar, pada Minggu, 18 Mei 2024, pihak Dinas bekerja sama dengan Polsek Kuala Kampar menetapkan zona aman selancar dan mewajibkan penggunaan pemandu lokal berpengalaman. Selain berselancar, keunikan Bono juga menarik fotografer dan peneliti geologi. Dipercaya bahwa Bono adalah rumah bagi sejenis lumba-lumba air tawar langka, yang sering terlihat melompat-lompat di antara gelombang. Keberadaan fenomena alam spektakuler ini tidak hanya mempromosikan pariwisata Riau tetapi juga memperkaya pengetahuan geografi dan kearifan lokal masyarakat Melayu yang telah lama hidup berdampingan dengan Sungai Kampar.