Kebakaran hutan menjadi ancaman serius yang terus membayangi Indonesia setiap tahun, terutama saat musim kemarau panjang tiba. Upaya untuk melawan kebakaran hutan membutuhkan kerja sama erat antara masyarakat dan pemerintah, mengingat dampak yang ditimbulkan tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga mengancam kesehatan dan perekonomian. Kebakaran hutan sering kali disebabkan oleh faktor alam maupun ulah manusia, seperti pembukaan lahan dengan cara membakar. Oleh karena itu, pendekatan yang komprehensif, mulai dari pencegahan, penanggulangan, hingga rehabilitasi, menjadi kunci untuk meminimalisir risiko dan dampaknya. Kesadaran masyarakat adalah fondasi utama dalam upaya ini, diikuti dengan dukungan penuh dari berbagai instansi pemerintah.
Pada hari Selasa, 10 September 2024, di Posko Karhutla Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, Manggala Agni, dan masyarakat peduli api (MPA) mengadakan briefing pagi. Menurut Kapolres OKI, AKBP Sugeng Priyanto, S.IK, operasi pemadaman api di kawasan rawa gambut telah berlangsung selama 48 jam. “Kami berkoordinasi dengan baik untuk melawan kebakaran hutan yang terjadi di beberapa titik. Tantangan utamanya adalah sulitnya akses ke lokasi dan cuaca yang sangat panas,” ujar AKBP Sugeng. Ia menekankan pentingnya peran serta masyarakat dalam memberikan informasi dini jika melihat adanya titik api, sehingga tindakan penanggulangan dapat dilakukan lebih cepat.
Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menerapkan berbagai strategi pencegahan. Salah satunya adalah sosialisasi intensif kepada masyarakat tentang bahaya membakar lahan dan sanksi hukum yang mengancam. Program Desa Mandiri Api, di mana desa-desa diberikan insentif untuk tidak membakar lahan, juga terbukti efektif. Di sisi lain, teknologi modern juga dimanfaatkan untuk melawan kebakaran hutan. Penggunaan drone untuk pemantauan titik panas (hotspot) dan aplikasi berbasis satelit memungkinkan petugas untuk mendeteksi potensi kebakaran lebih awal. Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga sangat membantu dalam memprediksi arah angin dan penyebaran api, sehingga upaya pemadaman dapat dilakukan dengan lebih terukur.
Peran masyarakat dalam upaya ini tidak bisa diremehkan. Kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) yang terdiri dari warga setempat adalah garda terdepan di lapangan. Mereka tidak hanya membantu memadamkan api, tetapi juga melakukan patroli rutin di area rawan. Anggota MPA di Desa Pangkalan, Kabupaten Pelalawan, Riau, misalnya, setiap harinya melakukan patroli di area gambut, memantau ketinggian air, dan memastikan tidak ada aktivitas pembakaran liar. Perjuangan mereka menunjukkan betapa pentingnya kesadaran kolektif dalam menjaga kelestarian lingkungan. Semua ini adalah bukti nyata bahwa upaya melawan kebakaran hutan adalah tanggung jawab bersama. Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, aparat keamanan, dan masyarakat, diharapkan Indonesia dapat menghadapi tantangan ini dengan lebih baik di masa depan.