Bumerang Keyakinan: Efek Backfire Saat Fakta Justru Memperkuat Mitos Lama

Efek Backfire (Backfire Effect) adalah fenomena psikologis yang ironis dan meresahkan. Ini terjadi ketika upaya untuk memperbaiki misinformasi atau keyakinan yang salah dengan fakta justru memperkuat keyakinan awal orang tersebut. Informasi baru yang benar seolah menjadi bumerang.

Reaksi ini sering dipicu saat informasi yang benar mengancam identitas atau pandangan dunia seseorang. Otak secara otomatis memicu mekanisme pertahanan kognitif. Tujuannya adalah melindungi keyakinan inti dari disonansi atau Konflik Batin yang ditimbulkan oleh fakta.

Dalam kasus Efek Backfire, orang yang menerima fakta justru cenderung mencari lebih banyak bukti tandingan (meski salah). Mereka merasionalisasi keyakinan lama. Hal ini membuat mereka semakin teguh pada pandangan awal mereka, menolak bukti ilmiah yang disajikan.

Penting untuk dipahami bahwa Efek Backfire bukanlah sekadar penolakan informasi. Ini adalah reaksi aktif. Saat fakta disajikan, orang tersebut tidak hanya mengabaikannya, tetapi secara emosional terdorong untuk memperkuat keyakinan lamanya, seolah sedang diserang.

Untuk memitigasi Efek Backfire, strategi harus berfokus pada empati, bukan konfrontasi. Daripada langsung menyajikan fakta yang bertentangan, pendidik harus mencari nilai bersama. Mereka harus membangun jembatan sebelum memperkenalkan informasi korektif yang menantang.

Salah satu teknik efektif adalah menggunakan koreksi berbasis narasi atau cerita, bukan sekadar data. Kisah-kisah yang berempati dan melibatkan emosi seringkali lebih efektif menembus pertahanan kognitif dibandingkan statistik yang dingin dan lugas.

PMI, misalnya, dalam mengatasi mitos kesehatan, harus fokus pada solusi yang disepakati bersama, bukan menghakimi. Ini mengurangi rasa terancam. Ketika seseorang merasa dihargai, mereka cenderung lebih terbuka terhadap fakta yang bertentangan.

Mengakui keberadaan Backfire adalah langkah pertama dalam komunikasi yang efektif. Kita harus memahami bahwa melawan misinformasi tidak hanya membutuhkan fakta, tetapi juga strategi psikologis yang cerdas untuk menghadapi pertahanan keyakinan yang mengakar kuat.